Selasa, 28 Desember 2010

Tercekat atau Panik?


Kalau ditanya berita apa yang paling menghebohkan masyarakat Indonesia di pekan-pekan ini?!?!? Jawabannya tentu saja, Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia.
Betapa tidak, setelah sekian lama gersang akan prestasi, kali ini Timnas Indonesia kembali mencuat dengan keberhasilannya menembus laga final Piala AFF 2010.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih Timnas Indonesia sejak babak penyisihan grup hingga babak semifinal benar-benar membawa kebahagian dan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia di seantero negeri bahkan yang sedang berada di penjuru dunia.

Setelah sebelumnya bangsa ini banyak dirundung masalah, banyak berita negatif yang melanda Indonesia yang dikabarkan di berbagai media massa. Bencana alam, kasus korupsi yang tak kunjung selesai, kasus pornografi yang merajalela, pertikaian politik yang tak pernah padam, kasus penyiksaan TKW dan penelantaran TKI di luar negeri, wacana pencabutan subsidi BBM, para anggota DPR yang sering bikin ulah dan tidak peka dengan kondisi negeri, RUU Daerah Istimewa Yogyakarta yang sempat bikin heboh, dan masih banyak lagi permasalahan di negeri ini yang belum terselesaikan. Sudah terlalu sering masyarakat Indonesia mengalami kenyataan pahit tentang negerinya sendiri.

Sampai pada akhirnya muncul lah berita tentang kemenangan Timnas Indonesia di laga Piala AFF 2010 membawa angin segar bagi bangsa Indonesia yang sudah enek dan muak dengan segala permasalahan negeri yang belum terselesaikan. Euforia sesaat ini memberi kebahagiaan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk berhenti sejenak melepas segala penat dari masalah yang tak kunjung selesai. Meluapkan kegembiraan dan kebanggaan yang sangat luar biasa, menyimpan harapan bahwa ternyata Bangsa Indonesia ini masih bisa mengukir prestasi di kancah internasional. Bahwa bangsa ini akan bangkit dari segala keterpurukannya.
. . .
Maka tak heran, ketika kemenangan demi kemenangan diraih Timnas Indonesia, menjadikan mereka pahlawan baru yang dielu-elukan dan diidolakan masyarakat Indonesia. Muncul berita tentang kemenangan Timnas Indonesia dimana-mana. Di media cetak maupun elektronik, Timnas Indonesia bak selebriti yang menjadi incaran panas para pencari berita.

Begitu banyak pujian, begitu besar dukungan, dan begitu banyak harapan yang dilontarkan untuk Timnas Indonesia. Karena bangsa ini menaruh harapan besar kepada mereka, menaruh harapan bahwa Timnas Indonesia akan memberi kabar bahagia lagi untuk bangsa ini. Bahwa Timnas Indonesia menjadi pelipur lara bagi masyarakat yang sedang terluka dengan kondisi negeri yang sedang penuh polemik.
. . .
Hingga tiba laga puncak Piala AFF 2010, Timnas Indonesia bisa melaju hingga babak final dengan lawannya yaitu negara tetangga “Malaysia”.
Dengan sistem pertandingan “home and away” alias laga kandang dan tandang, Timnas Indonesia harus menghadapi tim Malaysia di kandang lawan (di Bukit jalil, Malaysia) pada leg pertama dan di kandang sendiri (Gelora Bung Karno, Indonesia) pada leg kedua.

Sabtu, 26 Desember 2010 adalah dimana partai final leg pertama diselenggarakan di Bukit Jalil Malaysia. Setelah beberapa hari sebelumnya Timnas Indonesia disibukkan oleh berbagai kegiatan wawancara media, kunjungan undangan, istighosah, dll.

Ribuan tiket telah terjual dan bahkan ribuan masyarakat Indonesia rela bersusah payah untuk mendapatkan tiket pertandingan partai final Timnas Indonesia vs Malaysia ini. Dan bahkan tak sedikit masyarakat Indonesia yang ikut pergi ke Malaysia untuk memberi dukungan langsung kepada Timnas Indonesia pada laga final leg pertama ini. Luar biasa! Begitu besarnya respon, apresiasi, dan harapan bangsa ini terhadap Timnas Indonesia saat itu.

Tapi ternyata dalam pertandingan laga final leg pertama ini, Timnas Indonesia dikalahkan oleh malaysia dengan skor 3-0!

Ada apa dengan Timnas Indonesia saat itu?!?!?

Mereka bermain tidak sebaik seperti pertandingan sebelum-sebelumnya. Padahal ketika babak penyisihan grup, Malaysia sempat dikalahkan Timnas Indonesia dengan skor 5-1. Lantas, tapi mengapa di partai final leg pertama ini terjadi sebaliknya?

Bahkan ketika saya menonton pertandingan tersebut, saya melihat Timnas Indonesia begitu mudahnya diperdaya oleh tim lawan sehingga tim lawan dengan mudahnya memanfaatkan keuntungan untuk membuahkan 3 gol dengan memanfaatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan para pemain Timnas Indonesia. Saya melihat saat itu Timnas Indonesia berada di bawah tekanan yang sangat besar dan kehilangan konsentrasinya ketika tim lawan sudah unggul dengan beberapa gol. Apa yang terjadi? Padahal di atas kertas, saat itu Timnas Indonesia lebih diunggulkan dan sedang berada di atas angin. Begitu besarnya dukungan masyarakat Indonesia, pengalaman yang pernah menang melawan tim Malaysia dengan skor telak dan kondisi tim yang sedang solid ternyata tidak menjamin Timnas Indonesia meraih kemenangan pada partai final leg pertama tersebut!

. . .

Kenapa mereka bermain tidak seluwes biasanya? Kenapa mereka terlihat tidak bisa melakukan apa-apa saat bertanding? Kenapa bisa? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang selalu melintas di benak saya kala itu.

Lalu saya teringat pada buku yang pernah saya baca. Sebuah buku karya Makcolm Gladwell yang berjudul “What the Dog Saw”. Dalam buku tersebut ada satu artikel yang berjudul tentang ‘Seni Kegagalan’.

Dalam artikel itu disebutkan bahwa manusia terkadang menyerah karena tekanan. Sebagai contoh yaitu pilot menabrakkan pesawat dan penyelam tenggelam. Di tengah kerasnya kompetisi, pemain bola basket tak bisa menemukan keranjang dan pemain golf tak bisa menemukan bola di atas pin. Ketika itu terjadi, kita bilang mereka panik atau, dalam bahasa olahraga, tercekat (choked).
Tapi apa arti kata-kata itu? Keduanya bersifat tak dikehendaki. Tercekat atau panik dianggap sama buruknya dengan berhenti bermain. Tapi apakah segala bentuk kegagalan itu sama? Dan bagaimanakah bentuk kegagalan menunjukkan seperti apa diri kita dan cara berpikir kita?
Kita hidup dalam zaman yang terobsesi dengan keberhasilan, yang mencatat berbagai cara orang-orang berbakat mengatasi tantangan dan rintangan. Tapi banyak juga yang bisa dipelajari dengan mencatat berbagai cara orang-orang berbakat terkadang gagal.

Ada yang disebut sebagai pembelajaran tersurat (explicit learning), yaitu pembelajaran yang berada di bawah alam kesadaran. Dan ada juga yang disebut sebagai pembelajaran tersirat (implicit learning) - pembelajaran yang terjadi di luar kesadaran. Pada saat terjadi pembelajaran tersurat, seseorang akan memikirkannya dengan sangat sengaja dan mekanis. Biasanya pada saat pertama kali orang belajar sesuatu dan belum mahir, orang tersebut akan Melakukan sesuatu secara berhati-hati dengan banyak pemikiran/pertimbangan dan mengikuti tepat sesuai aturan atau teori yang sudah dipelajari. Dan dilakukan di bawah kesadaran. Namun, ketika orang sudah semakin mahir, sistem pembelajaran tersirat akan mengambil alih. Orang itu akan semakin luwes dalam melakukan sesuatu yang sudah mahir. Tidak lagi berpikir lambat dalam memberi respon, tetapi sudah secara refleks dalam memberi respon. Dalam keadaan ini, naluri atau instuisi adalah yang berperan besar. Oleh karena itu, orang yang sudah mahir biasanya memiliki naluri atau instuisi yang tinggi. Dan bahkan ketika orang sudah mahir melakukan sesuatu, orang itu akan dengan mudah mengembangkan sesuatu tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Namun, dalam keadaan stress, keadaan tersurat kadang-kadang mengambil alih. Bahkan pada seseorang yang sudah mahir melakukan sesuatu, ketika sedang dalam keadaan stress bisa saja menjadi melakukan sesuatu itu seperti amatiran. Dan itulah yang disebut tercekat.

Panik adalah hal yang lain lagi. Pada saat panik, kita akan berhenti berpikir dan hanya punya naluri paling dasar. Stress menghapus ingatan jangka pendek. Orang yang berpengalaman cenderung tidak panik, karena ketika stress menghapus ingatan jangka pendek, mereka masih punya pengalaman yang bisa dimanfaatkan. Panik juga menyebabkan apa yang para ahli psikologi sebut sebgai penyempitan persepsi. Oleh karena itu orang panik jadi cenderung terfokus atau memperhatikan hanya satu hal.

Dalam pengertian itu, panik adalah kebalikan tercekat.  Tercekat terjadi karena berpikir terlalu banyakPanik terjadi karena berpikir terlalu sedikit. Tercekat adalah kehilangan naluri (instuisi). Panik adalah kembali ke naluri (instuisi). Boleh jadi kelihatannya sama, tapi keduanya sangat berbeda.

Dalam beberapa kasus, misalnya pertandingan olahraga, tidak penting apakah penyebabnya tercekat atau panik; hasilnya sama saja, Kalah!

. . .

Lalu apa yang dialami Timnas Indonesia saat laga final AFF 2010 leg pertama di Bukit Jalil, Malaysia?

Tercekat atau panik?

Timnas Indonesia saat itu mengalami apa yang disebut dengan Tercekat! Tekanan yang sangat besar untuk memenangkan pertandingan final malam itu membuat para pemain Timnas Indonesia bermain di bawah tekanan dan keadaan menjadi stress membuat mereka bermain tidak lepas dan penuh beban. Mereka bermain dengan lambat dan ‘hati-hati’ seperti pemula (amatiran). Mereka kehilangan instuisinya (nalurinya) dalam bermain bola. Sehingga permainan mereka saat itu tidak seluwes dan sebaik seperti biasanya (pertandingan-pertandingan sebelumnya). Kepekaan, respon, kecepatan, akurasi, konsentrasi dan keluwesan menjadi berkurang.

Itu pelajaran yang sulit diterima, namun yang lebih sulit lagi diterima adalah kenyataan bahwa Tercekat menuntut orang untuk tidak begitu memperhatikan pelaku dan lebih memperhatikan keadaan ketika terjadinya. Timnas Indonesia sendiri tak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah kekalahannya dari Timnas Malaysia saat itu. Satu-satunya hal yang mungkin dapat menyelamatkan Timnas Indonesia saat itu adalah apabila kamera televisi dimatikan, seluruh masyarakat Indonesia tidak begitu berlebihan dalam mengidolakan dan memperlakukan mereka, dan penonton yang ada di stadion itu disuruh pulang. Namun,  tentu saja dalam pertandingan olahraga hal tersebut tidak dapat dilakukan. Tercekat adalah bagian drama pertandingan olahraga, karena penonton harus hadir - dan kemampuan mengatasi tekanan penonton adalah bagian Mental Juara.

Dan tentu saja, harga mahal (konsekuensi) yang harus dibayar oleh orang yang menjadi idola (‘pahlawan’) dan harapan orang banyak adalah beban besar (tanggung jawab besar) yang harus ditanggung!

. . .

Yang lalu biarlah berlalu! Kalah di partai final leg pertama tidak usah dijadikan kesedihan yang terus menerus. Saatnya belajar dan bangkit dari kekalahan. Masih ada kesempatan pada pertandingan final leg kedua nanti di Gelora Bung Karno. Masih ada peluang Timnas Indonesia untuk menjadi Juara di Piala AAF 2010 ini! Membuktikan pada dunia bahwa Timnas Indonesia memiliki Mental Juara yang layak untuk menang! Menjawab tantangan lawan dengan kemenangan! Dan memberi hadiah indah berupa kebahagiaan dan kemenanagan untuk bangsa Indonesia di penghujung tahun 2010 ini.

Semangat berjuang Tim Garuda Indonesia! Harapan itu masih ada!!!

. . .
Dan kami pun akan selau bernyanyi:

Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Kuyakin hari ini PASTI MENANG!

. . .

Bandung, 27 Desember 2010
21:59 WIB
-Masih Berharap dan Yakin Timnas Indonesia Bisa Menjuarai Piala AAF 2010. Karena Harapan itu Masih Ada!-

P.S. Untuk sahabatku ‘Pipi’ yang berkata setelah pertandingan malam itu berakhir “Ceg, kita ga boleh sedih karena Timnas Indonesia kalah. Karena mereka sudah cukup sedih dengan tidak bisa membahagiakan kita (bangsa Indonesia) malam ini. Kalau kita sedih, mereka akan lebih sedih. Jadi harus tetap semangat dan menyemangati mereka pada saat  kalah atau menang biar mereka tetap terus semangat dalam bertanding.”

. . .
Referensi : Buku “What the Dog Saw” karya Malcolm Gladwell, hal 291-310.

Senin, 06 Desember 2010

My Friend Said (3)

. . .

Malam ini mendapat sms dari seorang sahabat:
“Biarlah ALLAH yang menyemangati kita, sehingga tanpa sadar setiap peristiwa menjadi teguran kesalahan bagi kita. Cukuplah ALLAH yang memelihara ketekunan kita, karena perhatian manusia terkadang menghanyutkan keikhlasan. Semoga ALLAH menjadikan kita pribadi yang bermakna, pribadi yang saat berbaur ia mampu menyemangati yang lain dan saat sendiri ia mampu menguatkan dirinya sendiri.”

. . .

Bandung, 25 November 2010
08:46 pm
@KBS11

My Friend Said (2)



. . .

Teringat perkataan seorang teman,
“Semakin kita dekat dan mengenal seseorang, semakin banyak kekurangannya yang akan kita ketahui. Namun, ketika kita semakin dekat dan mengenal ALLAH, justru semakin banyak kebesaran-Nya yang akan kita temukan.”

. . .

Bandung, 8 September 2010
01:27 am

My Friend Said



. . .


. . .


. . .


. . .


Seorang teman pernah berkata, diambil dari sebuah buku yang dibacanya:
“Cinta sejati itu bukan perasaan  yang menggebu-gebu, tetapi keputusan yang diambil dengan pemikiran yang dalam dan matang.”


. . .

Bandung, 30 November 2010
11:23 pm
@ KBS 11


NOT TO BE BUT TO GET !!!


. . .

Jadi teringat kejadian enam tahun lalu ketika pertama kali saya dinyatakan lulus menjadi mahasiswa Farmasi ITB.

Cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi seorang insinyur. Seorang insinyur yang bisa menciptakan teknologi dan mesin-mesin yang canggih, seorang insinyur yang ahli di bidang energi dan kelistrikan. Pokoknya saat saya kecil, menjadi seorang insinyur itu adalah sesuatu yang hebat! Dan saya ingin menjadi seorang insinyur! Hehehe…

Alhasil setelah lulus SMA menetapkan pilihan untuk kuliah di ITB yang kala itu memang dikenal memiliki jurusan-jurusan teknik yang unggul dan mencetak insinyur-insinyur yang hebat (heuheu.. iya gitu?!?!?! ;p).

Ketika mengikuti SPMB 2004 yang merupakan ujian seleksi nasional (jalur rakyat kebanyakan non USM! Hehehe.. ^^v) untuk masuk ke perguruan tinggi negeri, saya memilih jurusan Teknik Elektro ITB sebagai pilihan pertama dan jurusan Farmasi ITB sebagai pilihan kedua.

Memilih teknik elektro karena saat itu saya senang (bukan berarti bisa apalagi jago! Hehehe..;p) pelajaran fisika terutama bagian listrik, elktromagnet, dan kawan kawannya. Dan sesuai dengan cita-cita saya, yaitu setelah saya lulus kuliah teknik elektro maka saya akan menjadi seorang insinyur. Dan alasan yang paling penting adalah karena saya tidak tahu jurusan teknik yang lain itu seperti apa! Hehehe..

Dan memilih farmasi adalah karena itu pilihan yang dianjurkan orang tua saya saat itu. Heuheu.. padahal saat itu saya juga ga tahu farmasi itu isinya apa, belajar apa, nanti mau jadi apa. Pokoknya beneran nge-blank lah apa itu farmasi. Cuma tahu kalo farmasi itu ntar nya bakal belajar banyak ilmu kimia terapan. Padahal kenyataannya, OMG!!! Ternyata orang malas dan tidak rajin dan tidak tekun seperti saya ini harus berjuang dengan jungkir balik dan berdarah-darah untuk bisa survive kuliah di farmasi. Hehehe… Lebay! ^^v
Ternyata pas pengumuman SPMB 2004, di koran dinyatakan bahwa saya LULUS di Farmasi ITB. BUKAN di Teknik Elektro ITB. It means saya lulus di pilihan kedua.

Bersyukur?!!? Absolutely, Yes!!! Karena sudah berhasil menembus ujian SPMB dan diterima di ITB walaupun jurusannya Farmasi.

Tapi kalo ditanya, Kecewa?!!? Pastinyooo.. hehehe… Ya iya lah pastinya saat itu ada rasa kecewa di dalam hati karena gagal masuk ke jurusan impian saya sejak kecil. Gagal menjadi seorang insinyur!!!! Karena gelar seorang sarjana Farmasi saat itu bukan ST (Sarjana Teknik)! Tapi S.Si. (Sarjana Sains)!!!!

Sampai kala itu ada temen SMA saya yang menghibur dan berkata dengan santai kepada saya:
“Nyante aja lah, Cit! Not To Be but To Get laaah!!”
You were not born to be an engineer! But you were born to be an engineer’s wife! That’s why you’re not to be but to get!“, sambil tertawa bercanda dan menghibur!

‘What?!?!!?’ Dalam hati saya kala itu! Tapi Bener juga ya?!?!!? Hehehe..
Not to be but to get! ^^v
. . .

Bandung, 4 Desember 2010
05:26 pm
@KBS 11

. . .

P.S. Ini tulisan iseng aja! Just for fun! Just remember whad my friend said to me six years ago. ^^v


For Someone I Love *)

Baru nemu tulisan norak yamg pernah saya buat setahun yang lalu. hehehehe... Maklum lagi Ababil  (ABG Labil) waktu itu. gegege.. ;p
. . .
For Someone I Love *)


It’s not talking about
beautiful or not,
handsome or not,
wealthy or not,
having high position or not,
or whatever else!

I’m proud of you, No matter what you are or who you are…
For me, you are perfect!
I love the way you are
And I love you because I want to…

. . .

Bandung, Sept 3rd .2009
@My Lovely Bedroom
At the middle of the night
. . .

*) P.S. For Someone I Love whom I’ve not already met yet. Hehehe.. ;p

BE A REAL WOMAN . . .

 
I wanna be A Real Woman!
I wanna be A Great Woman!
I wanna be A Great Wife!
I wanna be A Great Mother!
I wanna be A Great Woman behind A Great Man!
Both, as A Great Wife and A Great Mother!
Amiin. Hehehe.. ^^v
. . .
Bandung, December 4th .2010
05:45 pm
@ KBS 11
. . .
P.S. I also wanna be A Great Woman who Inspire a lot of people in the world! Hehehe.. Amiin.. ^^v

Kamis, 25 November 2010

Beranjak Pergi


Bandung, 25 November 2010
08:46 pm

Bismillahirrahmaanirrahiim…
Entah kenapa malam ini aku teringat sahabat-sahabatku.
Entah kenapa malam ini aku teringat keluargaku.
Entah kenapa malam ini aku merindukan mereka.

Setiap ada awal pasti akan ada akhir
Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan
Dan ini adalah sebuah keniscayaan

Kampus adalah tempat yang sangat nyaman bagiku
Tempat yang kondusif untuk mempertahankan idealisme
Tempat yang kondusif sebagai tempat berlindung yang aman dari berbagai kemungkaran
Karena di tempat ini ada banyak sahabat yang saling mengingatkan dalam kebaikan
Karena di tempat ini ada banyak sarana untuk kita megembangkan diri dan wawasan
Karena di tempat ini ada penjagaan yang membuat kita akan selalu terjaga dalam lingkungan yang baik

Tapi..
Itu dulu. Dunia Kampus sudah bukan lagi masa ku saat ini..
Sudah saatnya aku harus beranjak pergi
Beranjak meninggalkan segala kenyamanan yang tersedia di sini
Beranjak pergi untuk berkarya dan berjuang di tempat lain
Beranjak untuk menyebarkan kebaikan di tempat lain
Berjuang di medan juang yang sesungguhnya
Dengan kerasnya kehidupan, Ragamnya pemikiran, dan bermacam-macam karakter orang yang akan aku temui nanti

Bismillah.. Dengan menyebut nama Allah..
Aku mulai petualangan baruku di dunia yang baru ini
Dengan lingkungan baru, tantangan baru, dan kehidupan yang baru
Di tempat baru nanti mungkin belum tentu akan aku temui sahabat-sahabat seperti sahabat-sahabatku dulu ketika aku di kampus
Di tempat baruku nanti mungkin aku harus berjuang dan bertahan di lingkungan yang sangat beragam
Dimanapun itu aku harus siap! Tak gentar aku menghadapinya, karena ini adalah tugas seorang hamba-Nya. Menjadi khalifah di muka bumi ini. Menyebarkan kebaikan dan Mencegah kemungkaran…

Bismillahi Allahuakbar!!! Aku mulai kehidupan baruku ini. Semoga Allah selalu memberikan keridhaan-Nya di setiap langkahku. Selalu memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang-Nya untukku. Selalu memberi aku petunjuk agar aku selalu benar dan istiqomah di jalan-Nya. Amiin ya Rabbal’alaamiin…
. . .
“Biarlah ALLAH yang menyemangati kita, sehingga tanpa sadar setiap peristiwa menjadi teguran kesalahan bagi kita. Cukuplah ALLAH yang memelihara ketekunan kita, karena perhatian manusia terkadang menghanyutkan keikhlasan. Semoga ALLAH menjadikan kita pribadi yang bermakna, pribadi yang saat berbaur ia mampu menyemangati yang lain dan saat sendiri ia mampu menguatkan dirinya sendiri.” (sms dari seorang sahabatku ‘Teh Icha’)
P.S. I’m gonna miss my lovely family and my lovely best friends.. I Love you all so much!
-CitraGustiLestariYangAkanBeranjakPergiDariKotaBandungTercinta-





I B U K O T A

. . .

Seperti apa wajahmu, wahai IBUKOTA?
Seperti apa kehidupanmu di sana, wahai IBUKOTA?
Aku ingin tahu!

Apa yang membuatmu bisa mengubah perangai dan karakter teman-temanku disana?
Apa yang kau perbuat terhadap teman-temanku, wahai IBUKOTA?
Aku ingin tahu!

Wahai, IBUKOTA…
Kenapa banyak orang yang mengejarmu kesana?
Padahal begitu banyak masalah yang timbul disana dan belum bisa kau selesaikan
Aku ingin tahu!

Aku hanya ingin tahu engkau seperti apa?
Aku hanya ingin tahu!
Itu saja

. . .
Bandung, 28 Oktober 2010
02:34 pm
@My Lovely Bedroom (KBS11)
-MojangBandungYangInginMenaklukanKerasnyaIbukotaJakarta-

Senin, 22 November 2010

KUTIPAN - Dari Novel Refrain


Mengapa sangat mudah bagi seseorang untuk mengorbankan cinta demi cita-cita?

‘Karena cinta tidak ingin bertahan dalam hati dua orang yang tidak menginginkan hal yang sama. Karena jika salah satunya tidak memiliki ruang yang cukup untuk cinta, maka cinta itu akan beranjak pergi.’

(Refrain “It’s always been you...”, hal 300)

Kamis, 28 Oktober 2010

Curhatan ujian CPNS BPOM (Dari Mba Ichi - FA'04)


Dapet message via inbox facebook dari mba Ichi FA'04 yang udah bekerja di BPOM RI. Beliau memeberikan catatan dan curhatannya ketika mengikuti tes CPNS BPOM RI 2009. Semoga bermanfaat.. SEMANGADH buat teman-teman yang mau tes CPNS BPOM RI 2010! Ayo berjuang sama-sama.. 1 November 2010.

. . .

Sebaiknya nyampe tempat ujian sekitar 1,5 jam sebelum mulai. karena crowded banget pastinya!

Kl tahun 2009, ujiannya di gedung Rindam/Satata Sariksa, Jl. Gudang Utara no.9A.
angkot ko, tapi aku lupa angkot apa, naiknya dari sebelah BIP.

Ujian ada 2 sesi, sesi I : 08.00-10.15 (Tes kemampuan dasar/TKD, 100 soal), sesi II : 10.30-12.45 (Tes kematangan bidang/TKB, 100 soal).
Jangan lupa bawa minum n snack ya, hehehe…bisi laper.Pake LJK, tata cara ngejawab soal kaya SPMB (kaya 123 benar, sebab akibat dll), semua pilihan ganda. Ini sedikit tema soal yang masih kuingat , tapi belum tentu keluar lagi lho, sekedar ngasi gambaran aja buat temen2.

TKD :
a. Pancasila/PPKN dan sejarah : ngomongin tentang pancasila sebagai dasar Negara, falsafah Negara dan sejenisnyalah…UUD 1945, kenapa diamandemen? Pernyataan tentang hak asasi manusia di UUD 45 ada di pasal berapa?, Tugas MPR? Kelebihan koperasi dibanding badan usaha lain?Operasi pasar terbuka-moneter?Jumlah lembaga tinggi negara?Kenapa menteri bertanggung jawab kepada presiden?Alasan pembubaran konstituante?Hasil sumpah pemuda?Alasan kenapa Soeharto diganti dg BJ Habiebie?Dll…(udah lupa)

b. Penalaran logisc. Penalaran analitis( b & c soalnya relatif mudah dan sedikit, seperti silogisme, padanan kata, pokoknya gitu2lah)

d. Sinonim (mudah ko, kecuali “komitmen” ga ada jawaban yg pas menurutku)

e. Antonim: aktual, promosi (apakah lawannya demosi? Gtw deh), tangguh

f. Padanan kata : scenario-film, gambar- pena (yg lainnya mudah)

g. Hitungan matematika : hitungan simple, luas segitiga, keliling persegi, panjang rusuk kubus

h. Deret angka : Cuma 3 soal (biasanya ada angka yg selang seling, misal kurangi,bagi, kurangi, bagi dst.)

i. Kematangan sikap : kaya diminta pendapat aja tentang suatu kondisi/peristiwa (sesuai moral aja)


TKB:
a. Soal tentang BPOM dll (pengetahuan umum) : visi misi BPOM, Unit Pelaksana Teknis yg ada di BPOM (Balai dan Balai besar, ditanyain nama2 beberapa balai/balai besar, ga semua ibukota ada balainya, mana yg balai n mana yg balai besar kl bisa kita tau itu), Balai POM ada di prov. mana aja? Siapa yg ngeluarin CPOB?

b. AFTA itu apa?

c. FCTC apa?

d. Pengawetan susu bubuk gimana caranya?

e. Tahapan dlm bidang hukum, yaitu setelah gelar kasus abis itu apa?

f. Metode ilmiah setelah pengumpulan data apa? (MOHEK=Masalah-Observasi-Hipotesis-Eksperimen-Kesimpulan, ini yg diajarin jaman aku SMA, mungkin pengumpulan data=observasi, tapi terserah aja menurut temen2).

g. C3H6N6 ini rumus molekul apa?

h. Kenapa vitamin K ga boleh ditambahin ke susu? (dl bu Ima pernah cerita alesannya)

i. Kenapa kantong kresek ga blh dipake?

j. Tentang enzim

k. Tentang sumber energi bagi tubuh

l. Hormon yg berperan saat ovulasi (esterogen dkk)

m. Parasetamol toksik tdh organ apa? (hepatoksik)

n. Tumbuhan bagus ga didlm ruangan kl malem hari? (ga bgs, krn sebenarnya dia pas mlm hari jg nyerap oksigen)

o. Apa akibat melamin bagi anak2?

p. Dll…(lupa)

q. Oya, kemarenan kan heboh tentan nipagin, mungkin bisa aja keluar tentang itu, misalnya rumus kimianya/nama kimianya/toksisitasnya/ADI nya…dst.

Soal B. Inggris (40 soal)----sepertinya ga tll sulit, lbh sulit tes toefl, hehehe…

oya, dl ditanyain jg kepanjangan SISPOM =sistem pengawasan obat dan makanan, share ke tmn2 ya..jzklh

SELAMAT UJIAN, SEMOGA MAKIN BANYAK ALUMNI YG DIBIROKRASI
Walau bukan lingkungan yg ideal seideal kampus tapi asal bisa jadi diri sendiri dan idealismenya tetep hidup mungkin akan memberi udara segar. Mohon maaf sebesar-besarnya bila aku punya salah ke temen2, dan terima kasih atas segala pengalaman dan pengetahuan yg aku terima selama berintraksi dengan temen2 semua.

Best regards,

Ichi FA04 (10704034)


P.S. Kalo ada yang ga ke-tag, maaf pisan. Bingung siapa lagi yang ikutan CPNS BPOM soalnya. heheehe.. Tolong bantu sebar aja yaaa. Masih ada waktu belajar sebelum tanggal 1 November! SMANGADH semuanya!!! ^^v

Selasa, 26 Oktober 2010

Obat itu BUKAN Permen!

Hanya besarnya dosis yang menjadikan suatu zat bukan racun” [Teori Paracelcus]
. . .
Jika membaca kalimat yang berasal dari Teori Paracelcus ini, saya jadi teringat kembali kuliah Toksikologi ketika masih menjadi mahasiswa S1 Farmasi dulu. Mata kuliah ini mempelajari efek-efek merugikan (toksik) dari zat-zat termasuk obat. Karena praktis setiap zat (juga setiap obat) yang diberikan dalam dosis berlebihan dapat menunjukkan efek toksik. 

Pada saat saya masih di bangku kuliah, saya ingat dosen saya pernah berkata bahwa semua yang ada di dunia ini adalah racun. Hanya dosis/kadar penggunaan yang tepat lah yang membuatnya menjadi bermanfaat. Hehehe… sebenernya itu filosofi hidup bahwa dalam hidup ini janganlah berlebih-lebihan! 

Berdasarkan yang saya lihat dan ketahui, dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang (lebih spesifik hal ini dimaksudkan kepada masyarakat di Indonesia, pen) yang masih belum mengerti mengenai obat itu seperti apa sebenarnya. Banyak dari mereka yang mengkonsumsi obat itu dengan seenaknya dan tanpa aturan tanpa melihat ada efek toksik yang mungkin terjadi apabila penggunaannya tidak tepat. Dan perlu diingat, sesungguhnya tidak ada obat yang tidak memiliki efek samping!

Ada kejadian yang baru-baru ini saya alami. Pekan lalu, saya bersama tim medis dari KORSA (Korps Relawan Salman) ITB pergi ke salah satu daerah pengungsian bencana longsor di Garut. Tepatnya di kecamatan Samarang, Kab. Garut. Kami ke sana dalam rangka akan mengadakan kegiatan Pengobatan Gratis di daerah pengungsian bencana. Seperti biasa, kegiatan pengobatan gratis ini selalu dilakukan di daerah-daerah yang memang membutuhkan bantuan kesehatan. Biasanya di daerah yang berada di pelosok/pedalaman.


Pada saat kegiatan pengobatan gratis tersebut berlangsung, tim medis yang turun dibagi menjadi 2 kelompok. Kebetulan saya ikut di tim medis pertama, sedangkan tim medis kedua harus berjalan lagi sekitar 1 km untuk mencapai daerah yang dituju. Tim medis di daerah pertama ini terdiri dari 3 orang dokter (KOASS) dan 1 orang farmasi (mahasiswa apoteker-saya, pen). Sebagai seorang yang bergerak di bidang kefarmasian, saya merasa tanggung jawab yang diemban saya saat itu sangat besar. Karena hanya seorang diri dan menjadi partner 3 dokter sekaligus di waktu yang bersamaan dengan pasien yang jumlahnya banyak saat itu. Jumlah resep yang harus dikaji jumlahnya banyak karena pasiennya pun banyak, jumlah obat yang harus disiapkan pun banyak, belum lagi informasi obat yang harus disampaikan kepada pasien satu per satu agar pemakaian obatnya tepat dan bisa mendapat efek terapi yang diinginkan. 

Banyak hal yang saya dapat di bangku kuliah apoteker yang saya ingin coba aplikasikan saat itu, mengenai edukasi obat pada pasien, menerapkan pharmaceutical care, dan konseling obat. Tapi ternyata, semua itu tidak semudah teori kuliah di kelas, kawan. Banyak hambatan yang terjadi di sana. Budaya, bahasa, tingkat pendidikan, dll.

Obat itu bukan permen yang bisa dikasih seenaknya, dimakan seenaknya tanpa ada informasi/edukasi tentang pemakaiannya. Makan permen kebanyakan, paling banter juga sakit gigi. Tapi kalo obat dimakan kebanyakan atau waktu penggunaannya ga tepat bisa menyebabkan efek yang ga diinginkan, efek terapi tidak tercapai atau paling fatal ya bisa menyebabkan kematian. Salah ngasih permen ya ga masalah, toh kalo tetep dimakan ya ga apa2, masih enak2 aja. Tapi kalo salah ngasih obat, apa yang akan terjadi coba? Bakal terjadi ‘Medication Error’ yang efek terfatal nya juga bisa menyebabkan kematian. 


Nah itulah sebabnya seorang farmasis bertanggung jawab untuk memberikan terapi obat rasional dengan kriteria obat rasional 7T, 1W: Tepat obat, Tepat indikasi, Tepat penderita, Tepat dosis, Tepat rute pemberian, Tepat cara penyiapan, Tepat waktu, Waspada efek samping. Dan seorang farmasis pun berkewajiban untuk mengedukasi pasiennya untuk mengonsumsi obat secara tepat dan rasional. Jadi seorang farmasis itu tanggung jawabnya dunia akhirat lho! Hehehe… ^^v.

Obat bukan Permen! Karena makan obat tidak bisa semaunya seperti kita makan permen yang bisa sepuasnya dimakan. Karena obat ada dosisnya agar efek terapeutik (manfaat) nya bisa dirasakan. Karena obat bukan permen yang apabila dimakan terlau sedikit atau terlalu banyak tidak akan menimbulkan efek buruk yang sangat fatal (paling juga kalo kebanyakan makan permen bakal sakit gigi), tapi obat apabila dikonsumsi terlalu sedikit (kurang dosisnya) akan menyebabkan efek terapeutik tidak tercapai atau terjadi resistensi obat (untuk antibiotic) dan apabila terlalu banyak akan terjadi overdosis yang efek fatal terburuknya adalah KEMATIAN. Karena Obat bukan Permen! Berhati-hatilah dan Bijaklah dalam mengkonsumsi Obat!

. . .

Bandung, 16 Maret 2010
09:31 pm
@My Lovely Bedroom “KBS 11”

Sepenggal Kisah di TKT 2010


Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap satu tahun sekali ITB selalu menyelenggarakan acara Titian Karir Terpadu yang merupakan salah satu sarana penghubung antara industry dengan lulusan ITB. Ada banyak perusahaan berkelas nasional maupun internasional dalam event ini.

Biasanya Titian Karir Terpadu ITB ini diselenggarakan pada bulan Oktober setiap tahunnya. Berdekatan dengan Wisuda Pertama Lulusan ITB. Jadi saat itu adalah waktu yang tepat bagi perusahaan-perusahaan untuk mencari SDM baru karena banyak para wisudawan/ti yang baru lulus dan siap untuk bekerja.

Nah begitu juga Oktober tahun 2010 ini, Titian Karir Terpadu ITB kembali diselenggarakan di Sabuga ITB selama 3 hari. Ada puluhan perusahaan terkemuka di dalamnya dengan berbagai macam bidang usaha. Ada perusahaan BUMN, Swasta nasional, maupun Multi National Company (MNC). Mulai dari yang bergerak di bidang energy, telekomunikasi, farmasi, kosmetik, consumer goods, pangan, hingga perbankan, semuanya ada di sini.

Makanya tidaklah heran apabila event seperti ini banyak dikunjungi oleh ribuan para pencari kerja yang mengadu nasib dan keberuntungannya di sini. Apalagi event ini gratis dan terbuka untuk umum (tidak hanya untuk kalangan civitas akademik ITB saja).

Sama seperti mereka, kebanyakan teman saya juga setelah lulus apoteker oktober ini langsung berburu pekerjaan di berbagai kesempatan dan di berbagai tempat.

Lalu, bagaimana dengan saya? (Saya juga kebetulan baru saja lulus dari program studi profesi apoteker oktober tahun ini.)
Setidaknya, sejauh sampai saya membuat tulisan ini, saya juga sudah berburu kesempatan pekerjaan dengan melamar ke :
-         1 perusahaan swasta nasional (statusnya: masih menunggu, saat ini masih dalam proses seleksi penerimaan, sudah sampai seleksi tahap ke 4 dari 6 tahap seleksi keseluruhan)
-         1 instansi pemerintah di bidang kesehatan (statusnya: masih menunggu hasil pengumuman seleksi tes tertulisnya)
-         1 instansi pemerintah di bidang obat dan makanan (statusnya: masih menunggu pengumuman hasil seleksi berkas)
-         1 perusahaan BUMN di bidang obat dan health service (statusnya: masih menunggu pengumuman hasil seleksi berkas)

Dibandingkan saya, teman-teman saya lebih rajin dan lebih banyak berusaha dan berburu pekerjaan.  Ketika teman-teman saya selalu memasukkan lamaran pekerjaan pada setiap kesempatan (lowongan kerja yang dibuka), saya hanya memasukkan lamaran hanya pada perusahaan/instansi yang saya mau dan di bidang yang sesuai dengan minat saya. Ketika dalam seminggu, teman-teman saya bisa menjalani proses interview/seleksi hingga 3-4 perusahaan, saya hanya menikmati satu per satu proses seleksi perusahaan/instansi per minggu bahkan per 2 minggu nya. Hehehe… Sebelum saya melamar pekerjaan di suatu instansi/perusahaan tertentu, entah kenapa saya selalu memilah-milah mana pekerjaan yang kira-kira saya merasa sreg dan memberi saya ketenangan hati dalam menjalaninya.

Seperti halnya pada acara Titian Karir Terpadu ini, banyak teman saya yang langsung melamar sana-sini perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam event kali ini. Mulai dari perusahaan nasional hingga multi nasional, perusahaan yang bergerak sesuai bidang ilmu yang dipelajari mereka ketika kuliah hingga perusahaan yang tidak sesuai dengan jalur keilmuan mereka, misalnya Bank. Disebut tidak sesuai dengan jalur keilmuan mereka karena pada saat kuliah mereka belajar tentang ilmu sains dan teknologi farmasi, sedangkan bank bergerak di bidang ekonomi dan perbankan.

Sampai akhirnya banyak teman saya yang bertanya, “Ceg, nge-apply apa aja di Titian Karir ITB?”. Dan setiap kali teman saya melontarkan pertanyaan itu, saya hanya bisa menjawab, “Ga ada. Saya belum nge-apply perusahaan apa-apa di Titian Karir kali ini”.

Entahlah apa yang dipikirkan teman-teman saya saat itu. Bagaimana mungkin saya melewatkan salah satu kesempatan besar di jobfair kali ini. Padahal ada banyak Multi National Company yang berhubungan dengan keilmuan farmasi, seperti Danone, Unilever, L’oreal, Johnson & Johnson. Bahkan tak sedikit teman-teman saya dan juga para pengunjung Jobfair lainnya yang rela berlama-lama dan panjang mengantri untuk melamar pekerjaan di Bank-bank konvensional ternama di Indonesia. Tapi entah kenapa, melihat perusahaan-perusahaan itu, saya masih belum menemukan ketertarikan, ke-sreg-an, dan ketenangan hati untuk melamarnya.

Di hari ke-2 Jobfair berlangsung, saya sempat sms-an dengan sahabat saya yang bernama “JarWo” yang merupakan sobat seperjuangan saya sejak kuliah S1 Farmasi hingga pas kuliah apoteker pun lulus bareng. Di sms itu JarWo bertanya, “Ceth, dah ke TKT? Apply mana?”. Lalu saya pun menjawab, “Udah, Wo. Ga apply apa-apa, Wo. Kamu?”. Lalu JarWo menjawab, “Di Novell, Ceth. Untuk posisi Product Executive (PE)”. Lalu saya iseng bertanya lagi pada JarWo, “Hoo, gitu ya. Eh kamu ga apply Danone, Wo?”. Kemudian JarWo menjawab lagi pertanyaan saya, “Ga ah, Ceth! Danone, L’oreal, Johnson & Johnson, P&G, aku emoh. Mereka semua supporter Zionist!”. Kemudian aku balas lagi sms JarWo saat itu, “Hahahaha, alasannya sama kaya aku, Wo! Aku juga emoh apply ke mereka mah, para stakeholder Zionist yahudi. Bank konvensional juga aku emoh karena hukumnya dalam islam mengenai batasan riba, halal dan haramnya masih belum jelas. Makanya akhirnya aku ga pilih apa-apa deh di Jobfair ini. Hehehe..”

Ya begitulah alasan kenapa saya masih belum sreg dan mendapatkan ketenangan hati ketika datang ke Jobfair dan melihat begitu banyak peluang kerja di Multi National Company dan Bank-bank konvensional ternama.

It’s not only about a job. It’s not only about money. It’s about my passion, my heart, and my soul. It’s about “Mardhatillah” (Keridhaan Allah).

Di setiap doa saya, saya selalu meminta kepada Allah SWT agar saya dikaruniai pekerjaan yang diridhai Allah, rejeki yang halal, yang membawa keselamatan saya dunia akhirat, dan yang memberi kemaslahatan/manfaat tidak hanya bagi saya tetapi juga bagi agama, umat, dan keluarga.

Yups, saya hanya ingin ketenangan hati, ketenangan jiwa dalam bekerja dan memperoleh rejeki. Karena rejeki ini akan saya gunakan untuk menghidupi diri sendiri dan orang lain. Jadi rejekinya harus halal dan barokah. Yang penting mah Allah ridha. Hehehe, No matter what the people say about me or think about me, I don’t care!
I just do my best for My God “Allah SWT”, for the people, and for my lovely family.
. . .
Bandung, 16 Oktober 2010
08:03 pm
@KBS11

Rabu, 29 September 2010

Sudah Gagal Kawin, Jadi Korban Salah Tangkap Pula!

Ada yang tahu Pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror? Pasti pada tahu lah ya! Wong akhir-akhir ini pamornya meningkat seiring semakin banyaknya teroris-teroris yang ditangkap (baik yang salah tangkap maupun yang benar tangkap! Hehehe… ^^v) oleh tim Densus 88 ini. Pamor tim Densus 88 sama tenarnya dengan KPK yang sudah banyak juga menangani kasus korupsi dan menguak aksi para koruptor.

Nah, pagi tadi saat membaca Koran TEMPO, ada artikel berita yang membuat saya tergelitik (campur aduk, prihatin, mau ketawa tapi kasian!). Ada-ada saja ulah tim Densus 88 ini, sampai-sampai efek perbuatannya merugikan orang lain. Ckckck.. Heuheu.. Beginilah nasib ‘Wong Cilik’ di negeriku yang lucu ini!

. . .

Sudah Gagal Kawin, Jadi Korban Salah Tangkap Pula

Apes betul nasib Wahono alias Bawor, warga Jalan Durian II, Jalan Imam Bonjol, Bandar Lampung. Ia ditangkap Pasukan Detasemen Khusus 88 Antiteror pada Sabtu malam dua pekan lalu. Selanjutnya, Ahad lalu, lajang 30 tahun itu dinyatakan sebagai korban salah tangkap oleh polisi dalam kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada pertengahan Agustus lalu.

Sementara itu, pada Ahad itu pula, Siti Aliyanti, calon istri yang tak jadi dinikahi Wahono lantaran ia ditangkap polisi, tengah merayakan resepsi pernikahan dengan Teguh Subagyo, yang tak lain adalah adik tiri Wahono. Sebelumnya rapat keluarga memutuskan agar Teguh menggantikan Wahono sebagai pasangan hidup Siti Aliyanti dalam pernikahan yang digelar pada Rabu (22 September) lalu. “Itu jalan terbaik, dan kami telah sepakat,” kata Suparjo, orang tua Siti Aliyanti, kala itu.

“Harga diri kami hancur lebur. Sedih dan malu dengan kasus yang menimpa anak saya,” kata Nariyah, Ibu Wahono, kemarin, setelah tahu Wahono dibebaskan polisi karena salah tangkap. Kini keluarga Wahono dan Siti Aliyanti sama-sama dilanda kebingungan. Mereka tak mengerti apa yang harus dilakukan jika pria yang sehari-hari bekerja di bengkel sepeda motor itu benar-benar sudah sampai di rumah. “Tidak tahulah, Mas,” kata Nariyah sambil menyeka air mata.

Persoalan tambah ribet, lantaran polisi tak mau memulangkan Wahono ke Lampung, dan justru meminta pihak keluarga menjemputnya ke Jakarta. Persoalannya, Nariyah tak punya duit untuk ke Ibu Kota. “Polisi minta kami menjemput ke Jakarta, sedangkan kami kesulitan dana untuk menjemput,” kata wanita 50 tahun itu.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) menyatakan keprihatinannya atas nasib yang menimpa Wahono. Mereka yakin kasus tersebut akan berdampak pada pola kehidupan keluarga Wahono. Mereka yakin kasus tersebut akan berdampak pada pola kehidupan keluarga Wahono di masa mendatang. “Sungguh, kasus salah tangkap ini sangat tragis,” kata Haris Azhar, Koordinator Kontras, “Sudah saatnya POLRI mengevaluasi kinerja Densus 88. Banyak sudah korban salah tangkap atau mungkin salah tembak oleh pasukan khusus ini,” ia menambahkan.

Sumber : Koran TEMPO edisi Rabu, 29 September 2010

. . .

Bandung, 29 September 2010

08:30 pm

-Cegi yang masih berada di negeri yang lucu ini-

Kisah Pernikahan Ali Bin Thalib dan Fathimah Binti Rasulullah SAW (Oleh-oleh dari Resepsi Pernikahan Maman FA’04)

Awalnya memang niat ingin datang ke acara walimahannya Maman FA’04 (teman seangkatan saya di Farmasi ITB 2004), tapi apa daya ternyata ada tes yang harus saya ikuti pada hari yang sama, selain itu ga ada tebengan alias ga ada yang nganter kalo saya mau ke nikahannya Maman. Kalo pergi sendiri juga ga tahu tempat dan daerahnya dimana. Yowis lah, akhirnya Ahad pagi diputuskan untuk ga jadi berangkat ke nikahannya Maman.
Ahad siang jam 11 setelah tes di kampus selesai dijalani, langsung lah saya meluncur ke salman. Niatnya cuma buat ngadem dan berharap kali aja ketemu temen-temen lama disana (melepas rindu bersama teman-teman lama, itu juga kalo ketemu. Hehehe). Ehh, ternyata di sana ga sengaja ketemu Ani BI’04 yang sudah rapi dengan setelan ke kondangan. Pas nanya mau kemana, ternyata Ani dan anak-anak Karisma ITB mau pada ke kondangannya Maman. Spontan lah saat itu saya bilang ikut nebeng ke mereka. Alhasil berangkat juga saya bersama-sama anak-anak Karisma ITB (dengan komposisi yang bukan anak Karisma Cuma saya sendiri. Hehehehe..), bareng sama Ani BI’04, Yanda MS’04, Bebe FI’04, Uroh Ekbang Unpad’05, dan Midi BIO UNPAD’06.
Setelah melalui perjalanan cukup panjang, sampailah kami di TKP di daeah Melong, Cijerah. Langsunglah kami meluncur untuk bertemu dan bersalaman dengan Maman “Sang Pengantin“ dan istrinya. Tampak pancaran bahagia dari muka kedua pengantin yang selalu tersenyum berseri-seri. Hehehe, ya iya lah, udah halal gitu lho! Ploooong...^^v.
Nah, dari pernikahannya Maman dan Eka itu, kami mendapat souvenir pernikahan yaitu sebuah buku saku yang berisi Kisah Pernikahan Ali Bin Thalib dan Fathimah Binti Rasulullah SAW. Dan kisah ini yang ingin saya share kepada teman-teman sebagai oleh-oleh dari acara pernikahannya Maman.
. . .
Pernikahan Ali Bin Thalib dan Fathimah Binti Rasulullah SAW
[Motivasi Jiwa Bagi Perindu Cinta Sejati]


Ada rahasia terdalam di dalam hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun (bisa dikatakan Cinta Dalam Hati). Fathimah, karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang juga adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ‘Abdullah Sang Terpercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah berani ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaknya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallahu ‘Anhu. “Allah mengujiku rupanya“, begitu batin ‘Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ‘Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan Rasul-Nya tidak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ‘Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berdakwah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Mekkah yang masuk islam karena sentuhan Abu Bakr, ‘Utsman, ‘Abdurahman ibn ‘Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan anak-anak kurang pergaulan seperti ‘Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr, Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ‘Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ‘Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
‘Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ‘’Inilah perasaudaraan dan cinta’’, gumam ‘Ali.
“Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ‘Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar seorang lelaki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang mampu membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
‘Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebatilan itu juga datang melamar Fathimah. ‘Umar memang masuk islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ‘Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ‘Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ‘Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata.“Aku datang bersama Abu Bakr dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ‘Umar..“
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ‘Umar melakukannya. ‘Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustrasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
‘Umar telah berangat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah, “Wahai Quraisy“, katanya. “Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin istrinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ‘Umar di balik bukit ini!“. ‘Umar adalah lelaki pemberani. ‘Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulullah! Tidak. ‘Umar jauh lebih layak. Dan ‘Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ‘Ali bngung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ‘Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ‘Utsman sang miiarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulullah? Yang seperti Abdul ‘Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulullah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ‘Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
“Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?“, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunannya. “Mengapa engka tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..“
“Aku?“, tanya ‘Ali tak yakin.
“Ya. Engkau wahai saudaraku !“
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?“
“Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu. “
‘Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan! Usianya telah berkepala dua sekarang.
“Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!“, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, “Ahlan wa sahlan!“. Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
“Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?“
“Entahlah.. “
“Apa maksudmu?“
“Menurut kalian apakah ‘Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban?“
“Dasar tolol! Tolol!“, kata mereka, “Eh, maaf kawan. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!“
Dan ‘Ali pun menikahi fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ‘Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
‘Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali ‘Ali!“. Inilah jalan cinta para pejuang, Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menati. Seperti ‘Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah), Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda“.
‘Ali terkejut dan berkata, “Kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? Dan siapakah pemuda itu?“
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu!“.
. . .
Kemudian Rasulullah SAW mendoakan keduanya:
“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak“.
[Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab 4]
. . .
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui“. (Q.S. An Nuur, 24: 32)
. . .
Maman & Eka
17 Syawal 1431 H
Cijerah
. . .

http://www.facebook.com/notes.php?id=1028835972&notes_tab=app_2347471856#!/note.php?note_id=432014761740