Jumat, 25 Juni 2010

MAS-MAS COPET

. . .

Seumur hidup, hingga saat ini aku hanya pernah menyaksikan peristiwa pencopetan secara langsung sebanyak 2 kali. Yang pertama pas lagi nonton performance-nya Peterpan waktu jaman muda dulu (dibaca: SMA). Dan yang kedua waktu Ahad lalu ketika sedang naik angkot Banjaran-Tegalega.

Pada saat peristiwa pencopetan yang pertama, saat itu aku hampir menjadi korbannya. Suasana konser yang ramai dengan lautan orang dan hingar bingar suara musik yang dinyanyikan sang idola mampu meluputkan perhatian dan kewaspadaan para penonton konser saat itu dari para pencopet yang beredar di antara orang-orang yang sedang menikmati konser musik tersebut. Ditambah saat itu adalah malam hari! Wew! Semakin lengkap dan kondusif lah kondisi tersebut bagi para pencopet untuk beraksi!

Termasuk aku yang saat itu juga benar-benar tidak menyadari akan kondisi di sekeliling aku saat itu Karena benar-benar sedang menikmati performance dari band kesukaanku itu. Sampai akhirnya tiba-tiba sepupuku menarik tanganku untuk segera beranjak dari tempat itu. Tanganku ditarik melewati banyak orang hingga tiba di tepi area konser tersebut. Lalu sepupuku berkata “Chet, HP dan dompetmu ditaro dimana? Coba dicek!”. Lalu aku pun menjawab sambil kebingungan dan sedikit merasa kesal karena pas lagi asik-asiknya nonton tiba-tiba ditarik paksa oleh sepupuku itu. “Iiiih, kenapa sih Both? Ujug-ujug narik aku ke pinggir sini terus Tanya-tanya tentang HP ma dompet! HP ma dompet ada disimpen di saku celana jeans! Masih ada kok ini! Kenapa sih?”. Lalu sepupuku itu langsung berkata, “Oh gitu. Syukur atuh kalo ada mah. Chet, kamu nyadar ga tadi orang yang berdiri di sebelah kamu itu masukin tangannya ke dalam saku pinggir jaketmu? Kayanya sih dia lagi nyari-nyari dan mau nyopet sesuatu dari saku pinggir jaketmu itu”. Aku terkaget-kaget saat itu dan berkata, “Orang yang mana? Ga inget, Both! Ga merhatiin juga yang di sebelah aku itu siapa dan kaya gimana orangnya! Ah masa sih ada orang yang mau nyopet aku? Ga kerasa apa-apa kok! Haduh! Jadi deg-degan nih! Untung ga jadi dicuri HP ma dompetnya”. Sepupuku berkata lagi, “Makanya Chet! Kita harus tetep hati-hati dan waspada apalagi kondisinya sekarang lagi rame dan ribut kaya gini! Banyak kesempatan ‘orang yang ga baik’ untuk melakukan kejahatan!”. Akhir cerita, saat itu HP dan dompet aku pun terselamatkan dan aksi pencopetan dapat digagalkan. ^^

Nah ini dia cerita pencopetan yang kedua! Kejadian yang baru saja aku saksikan Ahad beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya Ahad tanggal 13 Juni 2010! Saat itu, aku dan dan ketiga teman aku (Uswah, Uci, dan Wina) baru saja pulang rihlah dari daerah Anjarsari, Banjaran. Saat itu kami ber-empat pulang ke Bandung naik angkot Banjaran-Tegalega. Posisinya saat itu kami duduk di paling ujung dekat dengan kaca belakang angkot. Aku dan Wina yang duduknya paling ujung saat itu. Seperti biasa ketika ada lebih dari satu orang perempuan berkumpul pastilah akan terjadi perbincangan-perbincangan.
Hehehe.. ya begitu juga dengan kami saat itu yang selama perjalanan asyik mengobrol dan sharing tentang cerita di kampus masing-masing (karena kami berasal dari kampus yang berbeda). Nah ketika di daerah Moh.Toha, tiba-tiba angkot berhenti dan menaikkan penumpang 4 orang pemuda. Lalu angkot pun melaju kembali. Mereka duduk tersebar di tengah dan di ujung dekat pintu keluar angkot. Mereka pun beraktivitas masing-masing dan tidak berinteraksi yang menunjukkan satu sama lain saling mengenal. Ada yang telpon-telponan terus, ada yang diem aja, ada yang asyik dengan HP nya. Begitu juga dengan aku dan ketiga teman aku yang masih asyik dengan obrolan kami. Oiya, di dalam angkot itu ada penumpang lain, yaitu seorang ibu dan putri nya yang masih remaja. Mereka duduk berhadap-hadapan. Ibu tersebut berada di sebelah temanku, Uswah,. Sedangkan putrinya duduk di sebrang ibunya dan di sebelah seorang pemuda yang naik di daerah Moh.Toha tadi. Dan satu orang penumpang lagi yang duduk di samping pak supir.

Di tengah perjalanan dan di tengah masing-masing aktivitas para penumpang di dalam angkot, secara mengejutkan dan tiba-tiba ada seorang penumpang yang terjatuh dari tempat duduknya sambil merasa shock seolah-olah baru saja terjadi serangan di dalam tubuhnya. Pemuda tersebut adalah yang duduk tepat di antara putri dari ibu dalam angkot tadi dan temanku ‘Uci’. Secara spontan semua perhatian penumpang dalam angkot pun tertuju pada pemuda tersebut. Dan saat itu angkot tetap melaju seperti tidak terjadi apa-apa di dalamnya. Semua penumpang kaget dan berusaha menolong pemuda tersebut yang jatuh secara tiba-tiba itu. Beberapa penumpang berusaha bertanya pada pemuda itu mengenai keadaannya. Dan pemuda itu hanya meminta tolong untuk dibantu kembali ke tempat duduknya. Beberapa pemuda lain yang juga penumpang angkot tersebut angkat bicara dan menginstruksikan kami untuk membantu pemuda yang sakit tersebut dengan memegang tangannya. Lalu Beberapa penumpang saat itu berusaha membantu pemuda tersebut untuk bangkit dan kembali duduk ke tempatnya semula. Beberapa orang dari kami berusaha memegangi tangannya dan menjadi pijakan bagi pemuda itu untuk bangkit, tetapi pemuda itu tetap tidak bisa bangkit lagi, kakinya kaku dan ketika akan mulai bangkit selalu terjatuh lagi. Saat itu aku duduk paling ujung dan agak sulit menjangkau tangan pemuda yang sakit tersebut. Saat itu yang ada di pikiranku adalah apa yang terjadi dengan pemuda tersebut hingga dia bisa jatuh tiba-tiba seperti itu? Serangan stroke ringan kah? Atau gejala seizure? Yups, semua materi kuliah farmakoterapi saat itu berkecamuk di kepalaku sambil berpikir apa yang bisa aku lakukan segera saat itu sabagai seorang mahasiswa yang sedang berkecimpung di bidang farmasi/kesehatan untuk menolong pemuda itu. Saking bingungnya, yang keluar dari mulutku saat itu justru hanya bilang ke pemuda itu untuk tetap tenang, rileks, coba luruskan kaki dan meminta penumpang lain untuk membuka jendela kaca angkot agar supply udara bagi pemuda tersebut tidak kekurangan setelah saat itu dikerumuni oleh penumpang lainnya. Hufft, bingung soalnya mau ngapain! (Ternyata kalo jam terbang ‘praktek kefarmasian’ masih kurang, ketika dihadapkan pada kasus-kasus mendadak seperti ini masih sering panik dan bingung. Semua teori tentang guideline farmakoterapi dari gejala suatu penyakit itu mental semua dari otak! Hehehe… ^^v)

Di dalam angkot yang tetap berjalan dan di tengah keributan para penumpang yang berusaha menolong pemuda tersebut, aku sempat melihat pemuda tersebut memegang-megang tangan temanku! Ow! Kenapa dia pegang-pegang tangan temanku?!?!? Tapi saat itu husnudzan saja, aku berpikir pemuda tersebut memegang tangan temanku mungkin karena mencari pijakan tangan untuk membantunya bangkit. Toh saat itu darurat dan ga sengaja pegangnya, dan lagi dia tidak hanya memgang tangan temanku saja, tetapi tangan-tangan penumpang yang lain. Termasuk seorang ibu yang selalu membantu dan menjadi pijakan tangan pemuda tersebut untuk bisa bangkit lagi. Tetapi saat itu pemuda tersebut tetap saja jatuh lagi di setiap akan berusaha bangkit. Sampai akhirnya pemuda itu berkata untuk segera memberhentikan angkotnya. Dia ingin turun angkot saja katanya. Kami semua bingung dan bertanya kenapa pemuda itu ingin turun angkot? Nanti gimana? Udah kuat belum?. Tetapi pemuda itu tetap memaksa untuk turun. Akhirnya salah seorang dari kami pun ada yang berteriak ‘Kiri’ pada pak supir dan angkot pun berhenti saat itu. Dan sambil terseret-seret kakinya, pemuda itu turun dari angkot.

Sesaat setelah pemuda itu turun dari angkot, secara reflex yang aku lakukan adalah membuka tas dan mengecek keberadaan dompet dan HP ku. Alhamdulillah! Masih ada! (Yups, aku sempat berpikir negative tentang pemuda itu, tapi syukurlah ternyata dugaanku salah!). Kemudian angkot melaju kembali. Setelah itu di dalam angkot semua orang membicarakan pemuda tersebut. Mulai dari ada yang merasa kasihan karena manganggap masih muda sudah terkena gejala serangan stroke ringan. Ada juga yang berasumsi hal itu karena tekanan darah tinggi yang mungkin diderita oleh pemuda tersebut. Sampai semua penumpang dikejutkan oleh Ibu yang merupakan salah satu penumpang dalam angkot tersebut. Beliau bertanya sambil keheranan “Gelang ibu mana? Kok ga ada?!?!!?”. Dan saat itu juga kami semua sadar bahwa pemuda itu adalah seorang pencopet! Pencopet yang sudah mengambil gelang emas Ibu tersebut. Lalu Ibu tersebut langsung shock dan berusaha ditenangkan oleh penumpang yang lain. Ibu tersebut pun langsung berteriak ‘kiri’ sebagai tanda untuk meminta pak supir memberhentikan angkotnya. Yups, ibu dan anaknya tersebut turun dari angkot karena ingin berusaha mengejar pemuda tersebut!

Di dalam angkot, masih ada beberapa penumpang yang tersisa yaitu aku dan ketiga temanku serta ketiga pemuda yang naik dari daerah Moh Toha. Tiba-tiba seorang temanku bertanya “Teh CG, jam tangannya gimana?”. Langsung saat itu juga aku memegang lengan kiriku. Dan Alhamdulillah jam tanganku masih melekat baik di lengan kiriku. Hatiku tenang karena jam pemberian seorang teman ini sangat memorable untukku. Untung saat itu jam tanganku tertutupi oleh balutan jaket yang aku pakai dan lagi jam tangan itu melekat kuat di lenganku sehingga akan sulit untuk orang lain mengambilnya secara cepat maupun paksa. ^^

Sesaat setelah ibu dan anaknya itu turun dari angkot, tidak selang berapa lama ketiga penumpang yang naik di daerah Moh Toha tadi pun turun juga. Dan di dalam angkot tinggal ada aku dan ketiga temanku, pak supir dan penumpang yang ada di sampingnya. Lalu aku dan ketiga temanku masih shock dengan kejadian tadi. Kenapa kami begitu polos dan husnudzan ya pada pemuda tadi. Kenapa kami tidak langsung berpikir dan menduga bahwa tadi itu adalah trik pencopetan yang sering dilakukan di dalam angkutan umum. Kenapa kami tidak menyadari hal itu sedari awal tadi, padahal berita-berita tentang metode-metode/trik-trik pencopetan di angkot yang seperti pemuda itu lakukan sering kami dengar sebelumnya. Tetapi pada saat kejadian itu menimpa dan terjadi pada kami, semua info tentang itu buyar semua. Ga inget juga kalo itu adalah salah satu metode pencopetan. Dan kami baru menyadari bahwa keempat pemuda yang naik angkot tersebut adalah sekomplotan tapi di dalam angkot mereka seolah-olah tidak saling mengenal. Padahal mereka sudah merencanakan kejahatan dan bekerja sama dengan baik melakukan kriminalitas di angkot tersebut.

Kemudian aku berkata pada teman-temanku saat itu, “Ternyata tugas kita masih berat ya? Masih panjang! Kriminalitas masih banyak terjadi di negeri ini! Inilah kondisi umat saat ini. Masih saja ada orang yang berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rejeki, padahal rejeki yang didapatkannya tidak halal. Bagaimana perasaan keluarganya jika tahu tahu rejeki yang didapat berasal dari perbuatan yang dimurkai Allah!?!? Bagaimana pertanggunjawaban segala perbuatan mereka di akhirat kelak?!?!?

Lalu temanku ‘Uswah’ berkata, “Iya teh, ternyata masih panjang perjuangan kita untuk bisa mewujudkan Negara yang Adil dan Sejahtera sehingga tidak akan lagi terjadi tindakan kriminalitas oleh warganya akibat himpitan kebutuhan dan ekonomi yang lemah. Masih berat ternyata tugas kita untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang islami yang imannya kuat dan akan selalu takut jika melakukan tindakan kejahatan karena merasa selalu diawasi oleh Tuhan nya.”

Kejadian tadi akan menjadi pelajaran berharga buat kami untuk selalu waspada dimanapun berada. Untuk tidak terlalu polos dalam berpikir dan menilai suatu kejadian aneh yang terjadi. Dan pastinya untuk tidak ‘mengundang’ orang lain melakukan kejahatan dengan tidak menunjukkan barang-barang yang ‘menyilaukan’ mata orang lain yang melihatnya di depan umum. Karena kalo kata Bang Napi mah “KEJAHATAN terjadi karena ada KESEMPATAN! WASPADALAH! WASPADALAH! WASPADALAH!” ^^v

. . .

Bandung, 16 Juni 2010
@My Lovely Room (KBS11)
09:22 pm
-CegiYangLagiPunyaWaktuSenggangUntukMenulisKarenaHariIniGaAdaKP-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar