Kamis, 03 Juni 2010

Menjadi TUA itu PASTI!

Berawal dari janjian ketemunya CG, Lizi, Kiki dengan Kak Galih di Kantin Salman. Hari itu hari Minggu. Seharusnya hari Minggu itu adalah hari libur, hari dimana aktivitas di kampus tidak seramai biasanya. Tapi hari itu beda! Hari itu kampus ramai sekali. Banyak anak berseragam SMA memenuhi area kampus dan sekitarnya, termasuk kompleks mesjid salman. Hari itu ramai sekali karena sedang ada USM ITB gelombang II.

Seperti biasa setiap kali kami bertiga melakukan pertemuan, biasanya Lizi yang datang pertama. Begitu juga saat itu. Baru kemudian aku yang datang menyusul Lizi yang sudah ada di kantin Salman. Dan saat itu kami berdua pun menunggu Kiki yang masih terjebak macet di jalan dan Kak Galih yang masih sholat di mesjid.

Saat kami berdua menunggu kedatangan Kiki dan Kak Galih, seperti biasa kami terlibat pembicaraan santai sambil memperhatikan keadaan sekitar saat itu.

“Ih meuni loba pisan nya anak2 nu ikutan USM. Perasaan jamannya kita mah ga sebanyak ini da!”, CG mulai berkomentar.

Lizi pun menanggapi, “Ceg, ieu teh nya USM gelombang 2. Nyaho teu peserta na sabaraha urang? Nepi ka belasan ribu! Sampe nya tempat USM na teh make sakola2 lain! Loba pisan pan!”

Intinya dari pembicaraan kami saat itu adalah bahwa saat ini fenomena USM itu semakin banyak yang mengikuti. Setahu kami, bahkan untuk membeli formulir pendaftarannya saja dibutuhkan uang yang tidak sedikit (setidaknya itu buat kami yang merasa formulir pendaftaran USM ITB itu cukup mahal. Hehehe,,, berkali-kali lipat dibandingkan dengan harga formulir SPMB!). Dan ternyata walaupun harga formulir yang tidak bisa dibilang murah untuk orang kebanyakan, tetep aja yang ikutan mah banyak beudh!

Secara tidak sadar akhirnya kami pun mencoba flashback mengenai masa lalu kami ketika pertama kali masuk ITB. Yups, CG dan Lizi adalah mahasiswa-mahasiswa yang masuk ITB itu melalui jalur ‘rakyat kebanyakan’, dimana kami harus bersaing dengan ratusan ribu orang yang juga ingin mengenyam pendidikan di Institut Terbaik Bangsa (katanya sih gitu!) ini. Bagaimana kami harus berjuang keras untuk bisa menembus tembok SPMB. Pilihannya adalah Lulus atau Mengulang SPMB tahun depannya lagi. Berbeda dengan USM yang apabila tidak lulus saat ujian gelombang I, bisa mengulang di ujian Gelombang II hanya beberapa bulan setelahnya. Yeah, whatever lewat mana jalannya, kayanya sekarang mah mereka juga mungkin mikirnya “Yang penting bisa masuk ITB”. USM ITB itu kan “Usaha Saya Masuk ITB” (hehehe… yowes lah! Tar kita bahas lagi lebih serius tentang ini di kesempatan lain).
“Zi, kita teh sama mereka beda 6 taun nyaho teu?!?!”, tiba-tiba CG berbicara.

“Iya ceg nyaho urang. Kita teh ya sama aja kaya waktu dulu kita ngeliat angkatan 98 yang super swasta! Heuheu.. jauh nya beda na kita jeung mereka teh! 6 taun kitu!”, Lizi menanggapi.

CG ngomong lagi sambil sesekali melihat ke arah kaca jendela di sampingnya, “Eh Zi, ari muka kita sama mereka beda jauh teu nya?”

“Nya beda ateuh Ceg. Katingali da kita teh udah tua. Beungeut kita mah geus beungeut lieur ku masalah, ku beban hidup. Beda jeung barudak siga mereka mah, masih muka-muka senang gembira, belum kusut mukanya.”, Lizi menjawab.

Mendengar jawaban Lizi, secara refleks aku pun kembali memandang kaca jendela yang memantulkan bayangan wajahku saat itu sambil bertanya-tanya apakah bener mukaku sudah setua itu! Padahal aku ngerasa nya masih biasa aja, masih muda, dan ga terlalu jauh bedanya sama mahasiswa2 baru di kampus! Hehehe.. (Ga nyadar diri mode on! ^^v)

Akhirnya Kiki pun datang. Kami bertiga pun akhirnya berlanjut berbicara tentang usia kami yang ternyata sudah mendekati seperempat abad (tahun ini berumur 24 tahun).

Lalu Lizi kembali bilang,”Tau ga, mereka teh beda sama kita 6 tahun (sambil menunjuk anak2 SMA yang baru saja USM). Itu sama aja kaya kita dulu pertama kali masuk kampus (tahun 2004) ngeliat kakak-kakak angkatan 98. Nah jigana mereka (anak-anak SMA itu, pen) juga ngeliat kita kaya gitu. Senior pisan keliatan nya.”

Lalu aku pun berkata, “Tapi kenapa ya Zi, aku kok ngerasa aku teh masih aja sama kaya yang dulu. Masih belum berasa tua, masih kaya anak-anak aja gitu! Pokonya ga tua-tua banget lah, masih anak muda aja gitu! Hehehe..”

Setelah itu Kiki ikut menyetujui, “Iya, saya juga ngerasa masih muda aja. Ga tua-tua amat kok.”

Lalu Lizi langsung nyeletuk, “Itu karena kita belum nikah, nyong! Gaya nya kita juga masih kaya anak-anak muda. Masih semaunya. Coba kalo kita style nya pake baju rapi dikit dan lebih formal, kita pasti udah dibilang ibu-ibu! Muka mah ga bisa menipu. Muka tua yang udah banyak makan asam garam. Muka penuh beban hidup.”

Ya akhirnya pembicaraan ngalor-ngidul kami berhenti juga karena Kak Galih sudah datang. Satu jam cukup untuk kami menerima wejangan-wejangan nya Kak Galih tentang dunia bisnis. Sekitar satu jam itu kami mendengar dan berkonsultasi dengan Kak Galih yang merupakan “Mentor” kami, tentang bisnis yang kami bertiga akan jalani. Dan setelah “mentoring” selesai, kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Di perjalanan pulang melewati pangkalan ojek, tiba-tiba salah seorang tukang ojek bertanya “Ojek, Bu?”
Dalam hati aku bergumam “Ya ampun! Dipanggil Ibu! Udah keliatan seperti ibu-ibu kah aku!?!? Kenapa dipanggil ibu?”. Padahal style aku saat itu masih pake rok jeans dan tas ransel! Akhirnya saat itu aku jawab dengan gelengan kepala dan senyuman.

Lalu tujuan selanjutnya sebelum pulang ke rumah adalah Indomaret. Nah pada saat masuk Indomaret, pelayan Indomaret nya berkata “Selamat Malam, Bu! Ada yang bisa dibantu?”. Lagi-lagi aku kesal dan bergumam dalam hati “Wew! Dipanggil ibu lagi? 2 kali hari ini aku dipanggil ibu!”. Sambil melirik curi-curi melihat ke arah cermin yang ada di sana untuk memastikan apakah aku sudah benar-benar kelihatan seperti ibu-ibu! Setua itu kah? Hehehe… ^^v

Setelah dari Indomaret, Selama perjalanan pulang menuju rumah, masih saja aku kepikiran tentang hal itu. Ternyata aku sudah tidak muda lagi dan mungkin harus sudah mau menerima jika ada yang memanggilku dengan sebutan “Ibu”. Heuheu.. benar ternyata, Menjadi Dewasa maupun berjiwa muda itu adalah pilihan. Tetapi Menjadi Tua itu adalah Pasti! ^^v


Bandung, 31 Mei 2010
11:43 pm
-Cegi yang sedang kena syndrome waswas menuju umur 24 tahun!-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar