Rabu, 17 Maret 2010

HUJAN DAN FUNGSI LAIN DARI LANGIT



. . .

Allah SWT berfirman:

Demi langit yang mengandung hujan”. (QS. At-Thaariq: 11)

Kata yang ditafsirkan oleh sebagian ahli tafsir sebagai ‘mengandung hujan’ dalam tejemahan Al Quran ini dapat juga bermakna ‘mengirim kembali’ atau mengembalikan.

Seperti telah diketahui bersama, atmosfer yang melingkupi bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Pada setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau kea rah bawah, yakni ke bumi. Jika dicermati ternyata terdapat sejumlah contoh fungsi pengembalian dari lapisan-lapisan yang menyelimuti bumi tersebut.

· Lapisan troposfer, lapisan ini berada pada ketinggian 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, serta memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi, serta memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.

· Lapisan ozon, berada pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya, termasuk di dalamnya sinar kosmik akibat pancaran sinar dari benda-benda dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

· Ionosfer, memantulkan kembali pancaran gelombang radio yang berasal dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi yang bersifat pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Dari beberapa penjelasan tentang sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, membuktikan bahwa Al Quran adalah firman Allah yang berlaku sepanjang zaman.

Terkait dengan hujan, terdapat sebuah ayat dalam Al Quran yang menyebutkan sifat angin yang ‘mengawinkan’ hingga terbentuknya hujan. Allah SWT berfirman:

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-sekali bukanlah kamu yang menyimpannya”. (Al-Hijr:22)

Dalam ayat ini, ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorology modern telah menunjukkan adanya peran ‘mengawinkan’ dari angin dalam pembentukan hujan.

Fungsi ‘mengawinkan’ dari angin ini terjadi sebagaimana berikut. Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel l=kecil, dengan diameter seperseratus millimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin, dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekeliling partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Sebagaimana terlihat, angin ‘mengawinkan’ uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak akan terjadi.

Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan, ternyata telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat dalam Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam.

Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam QS Az-Zukhruf ayat 11:

Dan Kami yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)”.

Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut ukuran atau kadar tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Quran.

Sumber :Buku Fisika dan Al Quran, penulis Agus Mulyono dan Ahmad Abtokhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar